Monday 11 January 2016

MODEL PEMBELAJARAN GRUP INVESTIGATION


http://pendidikanuntukindonesiaku2.blogspot.com/2016/01/model-pembelajaran-grup-investigation.html
MODEL PEMBELAJARAN GRUP INVESTIGATION
 

A. Karakteristik Group Investigation
Salah satu bentuk pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan konstruktivis adalah pembelajaran berbentuk kelompok kooperatif seperti kelompok penyelidik (group investigation). Model pembelajaran group investigasi sering dipandang sebagai model yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Model group investigation adalah satu model pembelajaran dimana para pelajar secara kolaboratif dalam kelompoknya memeriksa, mengalami dan memahami topik kajian mereka dan melibatkan siswa sejak perencanaan.

Menurut Slavin dalam Muslich (2007: 229) bahwa:
Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran kelompok kooperatif secara ekstensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep tersebut dengan temannya.
 
Pembelajaran dengan model group investigation turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Di dalam pembelajaran model group investigation, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam beberapa kelompok yang terdiri atas 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan akademik siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja melakukan penyelidikan untuk memecahkan masalah dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Menurut Lie dalam Rahman (2007: 21) bahwa “kelompok penyelidik biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang berkemampuan akademis sedang, dan satu orang berkemampuan akademis rendah”.

Selama belajar melalui group investigation siswa tetap berada dalam kelompoknya untuk beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang aktif, memberi penjelasan kepada teman kelompok dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya. Salah satu penunjang agar pembelajaran kelompok penyelidik dapat terlaksana dengan baik adalah siswa diberikan lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selain itu, unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kelompok penyelidik perlu ditanamkan kepada siswa. Menurut Ibrahim, dkk. dalam Rahman (2007: 22) unsur-unsur dasar dalam pembelajaran group investigation adalah sebagai berikut:
  1. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan”.
  2. Setiap siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lainnya dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
  3. Siswa haruslah berpandangan bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
  4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
  5. Setiap siswa akan diberikan evaluasi atau penghargaan yang akan berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
  6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
  7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani di dalam kelompoknya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa ciri-ciri atau karakteristik dari pembelajaran group investigation adalah sebagai berikut:
  1. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
  2. Jika memungkinkan, setiap anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
  3. Siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
  4. Penghargaan lebih dominan berorientasi kelompok daripada individual.
Berdasarkan ciri-ciri dari pembelajaran group investigation di atas, dapat dikemukakan bahwa dengan pembelajaran kelompok penyelidik memberikan kesempatan siswa dengan berbagai latar belakang kemampuan dan kondisi sosial untuk bekerja sama, saling bergantung dan belajar saling menghargai satu dengan lainnya. Dalam penelitian ini, heterogenitas kelompok lebih difokuskan pada kemampuan akademis (prestasi matematika yang telah diperoleh siswa).
 
Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru, dan setiap anggota kelompok harus saling membantu untuk mencapai ketuntasan materi tersebut. Belajar belum selesai jika masih ada anggota dalam kelompok belum menguasai materi pelajaran. Apabila ada siswa memiliki pertanyaan, teman satu kelompoknya diminta untuk  menjelaskan, sebelum menanyakan jawabannya kepada guru. Dengan demikian, pembelajaran kelompok penyelidik dapat membuat siswa secara aktif menverbalisasi gagasan-gagasan dan dapat mendorong munculnya refleksi yang mengarah pada pembentukan konsep. Selain itu, siswa juga dapat memiliki keterampilan-keterampilan untuk bekerjasama yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.
 
Menurut Slavin dalam Rahman (2007: 24) pembelajaran model group investigationmempunyai urutan kegiatan sebagai berikut:
  1. Mengajar: mempresentasikan pelajaran.
  2. Belajar dalam kelompok: siswa bekerja dalam kelompok mereka dengan dipandu oleh lembar kegiatan siswa untuk menuntaskan materi pelajaran.
  3. Tes: siswa mengerjakan kuis atau tugas secara individual.
  4. Penghargaan kelompok: skor tim dihitung berdasarkan skor peningkatan anggota kelompok, laporan berkala kelas, atau papan pengumuman digunakan untuk memberi penghargaan kepada tim yang berhasil mencetak skor tinggi.
 
Dalam penelitian ini, urutan kegiatan pembelajaran kelompok penyelidik yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Presentasi Materi Pelajaran
Materi pelajaran pada awalnya akan diperkenalkan oleh guru melalui penyajian kelas dengan menggunakan RPP yang telah disiapkan.

2) Belajar dalam Kelompok
Setelah guru menyajikan materi pelajaran, setiap kelompok bekerja dengan menggunakan kartu soal.

3) Tes/Evaluasi
Setelah selesai satu sub pokok bahasan, siswa akan diberikan tes (kuis) secara individual dan tidak diperbolehkan saling membantu. Dengan demikian, siswa sebagai individu bertanggung jawab untuk memahami materi pelajaran.

4) Penghargaan Kelompok
Kelompok akan diberikan penghargaan jika memperoleh skor rata-rata melebihi kriteria tertentu (skor kelompok dihitung dengan menambahkan skor peningkatan tiap-tiap anggota kelompok dan membagi dengan jumlah anggota kelompok).
 
Dalam kaitannya dengan pembelajaran kelompok penyelidik yang bersifat kooperatif, menurut Arends dalam Muslich (2007: 229) terdapat enam fase atau langkah utama dalam pembelajaran kelompok sebagaimana dirangkum pada Tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1
 
Aktivitas guru dalam pembelajaran dengan model group investigation adalah: (1) menginformasikan masalah yang harus dikerjakan bersama dalam kelompok, (2) meminta siswa mengerjakan tugas pada kartu soal dengan bekerjasama dalam kelompok, (3) memberi arahan agar siswa selalu berada dalam tugas kelompok, (4) mengontrol/berkeliling memperhatikan kerja kelompok, (5) membimbing/memberi bantuan kepada siswa dalam aktivitas kelompok, (6) mengajukan pertanyaan yang merangsang berpikir siswa, (7) memberi umpan balik, dan (8) kegiatan di luar tugas.
 
C. Aktifitas Siswa dalam group investigation
Dalam pembelajaran group investigation, siswa tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa juga harus melakukan aktifitas yang ada hubungannya dengan tugas memecahkan masalah matematika. Aktifitas siswa di dalam kelas dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (1) aktivitas siswa di dalam tugas (on-task), dan (2) aktivitas siswa di luar tugas (off-task). Dalam kaitannya dengan aktivitas siswa di dalam tugas, dapat digolongkan menjadi dua yakni, aktivitas aktif dan aktivitas pasif. Kedua jenis aktivitas tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Aktivitas Aktif : Empat kategori aktivitas aktif di dalam tugas, seperti:
a) Menyelesaikan masalah secara mandiri.
b) Membuat catatan tertulis.
c) Memberi penjelasan.
d) Mengajukan pertanyaan atau menawarkan (meminta) bantuan.
2) Aktivitas Pasif: Aktivitas siswa di dalam tugas yang dikategorikan pasif adalah :
a) Mendengar penjelasan.
b) Membaca materi ajar.
c) Siswa nampak berpikir untuk menyelesaikan suatu masalah atau memperhatikan apa yang dikerjakan temannya.

Selanjutnya, aktivitas siswa dikelompokkan ke dalam aktivitas di luar tugas apabila siswa melakukan kegiatan di luar tugas yang dihadapi. Aktivitas yang dikategorikan dalam kelompok ini adalah: (1) siswa mengobrol/bercakap-cakap hal-hal yang tidak berkaitan dengan materi ajar, (2) siswa membaca sumber lain yang tidak berkaitan dengan tugas yang dihadapi, (3) siswa bermain, tidur-tiduran dan melamun.

Secara teoritis, sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa dengan menerapkan pembelajaran group investigation siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Komunikasi antar siswa dalam kelompok dan heterogenitas akan lebih bermakna, sehingga dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dengan menggunakan keterampilan bekerjasama. Siswa yang mengalami kesulitan harus aktif berpikir dan meminta bantuan kepada teman dalam kelompoknya yang lebih mampu secara terarah. Demikian juga, siswa yang lebih mampu harus berpikir untuk membantu teman kelompoknya yang kurang mampu.
 
DAFTAR  PUSTAKA
 
Muslich, M. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
 
Rahman, A.  2007. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkat-kan Aktivitas dan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP Negeri 1 Mandai. Skripsi. Makassar: MIPA UNM.
 

0 comments:

Post a Comment

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Find Us On Facebook