Saturday 12 December 2015

MODEL PEMBELAJARAN : ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN)


http://pendidikanuntukindonesiaku2.blogspot.com/2015/12/model-pembelajaran-role-playing-bermain-peran.html
ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN)

Model Pembelajaran Bermain Peran (Role playing)
 
Bermain peran (role playing) adalah salah satu strategi pengajaran yang menyediakan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif dengan personalisasi. Menurut Hamalik (2004: 214) bahwa “bentuk pengajaran role playing memberi para siswa seperangkat/serangkaian situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru”. Terdapat beberapa langkah atau kriteria yang guru harus perhatikan dan ikuti dalam rangka menyiapkan suatu situasi bermain peran (role playing) di dalam kelas.
 
Langkah-langkah kriteria tersebut adalah sebagai berikut :
 
A.  Persiapan dan Instruksi
  1. Guru memiliki situasi/dilema bermain peran, Situasi-situasi masalah yang dipilih harus menjadi “sosio-drama” yang menitikberatkan pada jenis peran, masalah dan situasi familier, serta pentingnya bagi siswa. Keseluruhan situasi harus dijelaskan, yang meliputi deskripsi tentang keadaan peristiwa, individu-individu yang dilibatkan, dan posisi-posisi dasar yang diambil oleh pelaku khusus. Para pemeran khusus tidak didasarkan kepada individu nyata didalam kelas, hindari tipe yang sama pada waktu merancang pemeran supaya tidak menjadi gangguan hak pribadi secara pisikologis dan merasa aman.
  2. Sebelum pelaksanaan bermain peran, siswa harus mengikuti latihan pemanasan, latihan ini harus diikuti oleh semua siswa baik sebagai partisipasi aktif maupun sebagai para pengamat aktif. Latihan ini bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasinya dan untuk membentuk kekompakan kelompok dan interaksi.
  3. Guru memberikan instruksi kepada peserta role playing atau bermain peran setelah memberikan penjelasan pendahuluan kepada seluruh peserta role playing.
  4. Guru memberitahukan peran-peran yang akan dimainkan serta memberikan instruksi-instruksi yang bertalian dengan masing-masing peran kepada para audience. Para siswa diupayakan mengambil bagian secara aktif dalam bermain peran. Untuk itu kelas dibagi dalam dua kelompok, yakni kelompok pengamat dan kelompok spekulator. Kelompok pengamat bertugas mengamati perasaan individu karakter, dan mengapa karakter merespons cara yang mereka lakukan. Kelompok spekulator berupaya menanggapi bermain peran itu dari tujuan dan analisis pendapat.
B.  Tindakan Dramatik dan Diskusi
  1. Para aktor terus melakukan perannya sepanjang situasi bermain peran atau role playing, sedangkan para audience berpartisipasi dalam penugasan awal kepada pemeran.
  2. Bermain peran atau role playing harus berhenti pada titik-titik penting atau apabila terdapat tingkah laku tertentu yang menuntut dihentikannya permainan tersebut.
  3. Keseluruhan kelas selanjutnya berpartisipasi dalam diskusi yang terpusat pada situasi bermain peran. Diskusi dibimbing oleh guru dengan maksud berkembang pemahaman tentang pelaksanaan bermain peran serta bermakna langsung bagi hidup siswa.
C. Evaluasi Bermain Peran
  1. Siswa memberikan keterangan, baik secara tertulis maupun dalam kegiatan diskusi tentang keberhasilan dan hasil-hasil yang dicapai dalam bermain peran. Siswa diberi kesempatan untuk memberi komentar evaluatif tentang peran yang telah dilaksanakan.
  2. Guru menilai efektivitas dan keberhasilan bermain peran melalui komentar evaluatif dari siswa.
  3. Untuk perbaikan bermain peran selanjutnya, guru menuliskan nilai dalam sebuah jurnal atau buku catatan.
 
Contoh skenario Pembelajaran Model Role Playing
  1. Kelas/Semester  : II / II
  2. Tema : Keluarga
  3. Judul  : Banu dari keluarga sederhana
  4. Deskripsi lokasi kegiatan :  Di sebuah Desa terpencil yang jaraknya sangat jauh dari Kota, namun keadaan Desa tersebut sangat sejuk, tentram dan damai.
  5. Standar kompetensi  : Mengungkapkan pikiran, perasaan dan pengalaman secara lisan melalui kegiatan deklamasi atau bermain peran.
  6. Nama-nama Pemeran  :  1)  Syahrul sebagai Banu
    2) M. Yusuf sebagai Pak Ramlan
    3) Nesti sebagai Ibu Asiah
    4) Ismail sebagai Pak Heri
    5) Haerul sebagai Aril
Isi Cerita
Banu dari keluarga sederhana, ia tinggal di Desa terpencil, Ayahnya bernama Pak Ramlan, dan Ibunya bernama Bu Asiah, Ayahnya seorang petani, dan Ibunya pedagang keliling. Cita-cita Banu ingin menjadi sarjana pertanian, tetapi kondisi keluarga banu tidak memungkinkan hal itu terwujud. Namun sikap tekun, rajin belajar, kerja keras dan semangat yang dimiliki Banu tidak membuatnya putus asa.
 
Suatu hari Pak Heri (Paman Banu) bersilaturahmi ke rumah Banu bersama anaknya yang bernama Aril. Banu dan Aril langsung berkenalan, tanpa sengaja. Pak Heri mendengarkan pembicaraan antara Banu dan Aril yang bercita-cita untuk menjadi sarjana pertanian. Dengan rasa kagum dan simpatik Pak Heri  memanggil Banu untuk bersekolah bersama Aril. Akhirnya Banu meraih cita-citanya, Ayah, Ibu Banu dan Pak Heri merasa senang dan bahagia.
 
DAFTAR PUSTAKA
 
Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung. Bumi Aksara.
 

0 comments:

Post a Comment

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Find Us On Facebook