Sunday 7 February 2016

MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE


http://pendidikanuntukindonesiaku2.blogspot.com/2016/02/model-pembelajaran-think-talk-write.html
Model Pembelajaran Think Talk Write
 

Model pembelajaran think talk write merupakan salah satu model pengembangan pembelajaran inovatif (Suherman, 2009). Think talk write merupakan model pembelajaran yang menekankan pentingnya belajar efektif dan bermakna. Efektif berarti sesuai tujuan, sedangkan bermakna berarti belajar tidak cukup dengan hanya mendengar dan melihat tetapi harus dengan melakukan aktivitas berpikir, berbicara, dan menulis (membaca, bertanya, menjawab, berkomentar, mengerjakan, mengkomunikasikan, presentasi, diskusi, notulensi). Hal tersebut sebagaimana dikemukakan Suherman (2009: 14) bahwa “model pembelajaran think talk write adalah model pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laporan hasil presentasi”.

Menurut Vernon A Madnesen dan Peter Sheal dalam Suherman (2009: 6) bahwa:
Kebermaknaan belajar tergantung bagaimana cara belajar murid. Jika belajar hanya dngan membaca kebermaknaan hanya mencapai 10%, dari mendengar 20%, dari melihat 30%, mendengar dan melihat 50%, mengatakan-komunikasi mencapai 70 %, dan belajar dengan melaku-kan dan mengkomunikasikan bisa mencapai 90%.
 
Think talk write secara harfiah berarti “berpikir”, “berbicara”, dan “menulis”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, berpikir adalah “menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu; menimbang-nimbang dalam ingatan”, berbicara adalah “melahirkan pendapat dengan perkataan”, dan menulis adalah “melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan”.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model think talk write adalah model pembelajaran efektif dan bermakna yang dimulai dari berpikir melalui bahan bacaan, hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi dan diskusi, selanjutnya kemampuan menulis melalui pembuatan laporan hasil presentasi.

Ciri pembelajaran think talk write terletak pada prosesnya yang merangsang, melatih dan mengembangkan kemampuan murid pada tiga aspek yakni: kesadaran berpikir, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan menulis.

1) Kesadaran berpikir adalah berpikir tentang apa yang dipikirkan dan bagaimana proses berpikirnya, yaitu aktivitas individu untuk memikirkan kembali apa yang telah terpikir serta berpikir dampak sebagai akibat dari buah pikiran terdahulu. Kesadaran berpikir setiap individu akan berlainan, tergantung dari variabel metakognitif, yaitu kondisi individu, kompleksitas, pengetahuan, pengalaman, manfaat, dan strategi berpikir. Holler dalam Suherman (2009) mengemukakan bahwa aktivitas metakognitif tergantung pada kesadaran individu, monitoring, dan regulasi. Kesadaran berpikir memuat unsur analisis, sintesis, dan evaluasi sebagai cikal bakal tumbuhkembangnya kemampuan inkuiri dan kreativitas. Oleh karena itu pelaksanaan pembelajaran semestinya membiasakan murid untuk melatih kemampuan berpikir, tidak hanya berpikir sepintas dengan makna yang dangkal.

2) Kemampuan berkomunikasi di mana murid dalam belajar tidak akan lepas dari komunikasi antar murid, murid dengan fasilitas belajar, ataupun dengan guru. Kemampuan komunikasi setiap murid akan mempengaruhi proses dan hasil belajar yang bersangkutan dan membentuk keperibadiannya. Untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain, murid harus bisa menguasai dua fungsi yang berbeda yaitu kemampuan menangkap maksud yang ingin dikomunikasikan orang lain dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti oleh orang lain. Komunikasi dapat dilakukan dalam setiap bentuk bahasa: tulis, lisan, isyarat, ungkapan musik, artistic dan sebagainya, tetapi dalam banyak hal bahasa lisan merupakan alat komunikasi yang paling efisien. Perkembangan bahasa berkaitan erat dengan kematangan syaraf dan alat bicara serta lingkungannya. Dimulai dengan mengucapkan kata-kata, membangun kosa kata dan membuat kalimat, makin bertambah usia akan makin terampil bicara dan seiring dengan perkembangan intelektualnya individu akan mampu meningkatkan pengertian dan pemahaman isi pembicaraan.

Kemampuan menulis merupakan proses penyampaian pesan kepada pihak lain secara tertulis. Sebagai proses, menulis terdiri atas tahap prapenulisan, menulis, dan pascapenulisan. Adapun membaca merupakan proses penyampaian pesan secara tertulis dari pihak lain. Komunikasi tertulis adalah kegiatan komunikasi yang menggunakan sarana tulisan yang dapat menggambarkan atau mewakili komunikasi lisan termasuk ke dalamnya adalah menulis dan membaca.

Model pembelajaran think talk write sebagai bagian dari sistem pembelajaran inovatif dan bersifat kooperatif akan memberikan manfaat berupa:

  1. Mengantarkan murid pada pembelajaran bermakna yaitu belajar tidak cukup dengan hanya mendengar dan melihat tetapi harus dengan melakukan aktivitas (membaca, bertanya, menjawab, berkomentar, mengerjakan, mengkomunikasi-kan, presentasi, diskusi) (Suherman, 2009).
  2. Bagi guru dengan think talk write menjadikan dirinya sebagai fasilitator dalam kegiatan murid untuk mengembangkan life skill sehingga mereka menjadi pribadi mandiri (Suherman, 2009).
  3. Melatih kemampuan belajar murid secara kolektif, diantaranya: (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara murid, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan (Carin, 1993).
  4. Karena adanya ciri pembelajaran kooperatif, maka memberikan manfaat adanya penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil (Slavin, 1995).
Untuk menerapkan model pembelajaran think talk write, menurut Suherman (2009) langkah-langkah pembelajarannya (sintaksnya) meliputi:
  1. Menyiapkan bahan bacaan.
  2. Membagi kelas ke dalam beberapa kelompok kecil heterogen.
  3. Salah seorang murid dari masing-masing kelompoknya membacakan bahan bacaan yang telah dibagikan oleh guru.
  4. Anggota kelompok yang lain berpikir dengan menyimak, mengkritisi, dan memberikan alternative solusi terhadap munculnya dilema atau masalah pada bahan bacaan.
  5. Hasil bacaan selanjutnya dikomunikasikan dengan presentasi masing-masing kelompok dan dilanjutkan dengan diskusi.
  6. Membuat laporan hasil presentasi dan diskusi.
 
DAFTAR PUSTAKA
 
Carin, A.A. 1993. Teaching Modern Science. New York:Mcmillan Publishing Company.
 
Suherman, E. 2009. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Murid. Educare; Jurnal Pendidikan dan Budaya. ISSN 1412-579x, (Online) http://educare.e-fkipunla.net

0 comments:

Post a Comment

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Find Us On Facebook