Friday 12 February 2016

HAKIKAT HASIL BELAJAR

http://pendidikanuntukindonesiaku2.blogspot.com/2016/02/hakikat-hasil-belajar.html
hasil belajar

Belajar merupakan akumulasi proses yang bersifat individu, yang mengubah stimulasi yang datang dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang. Hasil-hasil belajar ini memberikan kemampuan melakukan berbagai penampilan. Kemampuan yang merupakan hasil belajar ini dapat dikategorikan sebagai bersifat praktis dan teoritis (Warsita, 2008).
Hasil belajar yang dicapai murid dapat dijadikan indikator untuk mengetahui tingkat kemampuan, kesanggupan, dan penguasaan materi belajar. Winkel (1996: 244) mengemukakan bahwa “dalam taksonomi Bloom, aspek belajar yang harus di ukur keberhasilannya adalah aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga dapat menggambarkan tingkah laku menyeluruh sebagai hasil belajar murid”. Ketiga aspek tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sejalan dengan intisari pendapat Warsita di atas adalah apa yang dikemukakan Sudjana, N. (1995: 22) bahwa “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Lebih luas mengenai hasil belajar yang dikemukakan Suprayekti (2003: 4-5) bahwa:
  1. Hasil belajar ranah kognitif berorientasi pada kemampuan “berpikir”, mencakup kemampuan yang lebih sederhana sampai dengan kemampuan untuk memecahkan suatu masalah.
  2. Hasil belajar ranah afektif berhubungan dengan “perasaan”, ”emosi”, ”sistem nilai” dan “sikap hati” yang menunjukkan peneri-maan atau penolakan terhadap sesuatu.
  3. Hasil belajar ranah psikomotorik berorientasi pada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot.
Sementara Hamalik, O. (2006: 30) menyatakan bahwa “hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”.
Adapun menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 250-251) bahwa:
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi murid dan dari sisi guru. Dari sisi murid, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
 
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya, di mana kemampuan tersebut dapat berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Selanjutnya, pengertian hasil belajar tersebut di atas diturunkan dalam bahasa operasional sesuai dengan konteks penelitian ini. Di mana hasil belajar yang dimaksud dibatasi pada penguasaan bahan ajar murid kelas IV yang diberikan dengan mengacu pada indikator pembelajaran yang telah disusun pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yaitu skor hasil tes belajar murid setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Pengukuran hasil belajar yang dilaksanakan saat berlangsungnya proses belajar mengajar, khususnya pada akhir pengajaran biasanya disebut tes formatif (Sudjana, N. 1995). Dari penelaahan terhadap evaluasi hasil belajar murid, guru dapat melihat kembali satuan pelajaran dan menelusuri tindakan yang dilakukannya pada waktu mengajar. Kesadaran guru mengenai fungsi hasil belajar inilah yang menjadi salah satu instrumen dalam untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Secara lebih luas, hasil belajar tersebut dapat digunakan oleh para pengawas pendidikan untuk mengukur atau menilai sampai dimana keefektifan pengalaman mengajar, kegiatan dan metode-metode mengajar yang digunakan guru.
Di samping itu, hasil belajar yang dicapai murid dapat dijadikan indikator untuk mengetahui tingkat kemampuan, kesanggupan, penguasaan tentang materi belajar. Menurut Sudjana, N. (1995: 157-158) bahwa manfaat terhadap kajian hasil belajar, diantaranya:
  1. Memperbaiki program pengajaran pada masa berikutnya.
  2. Meninjau kembali dan memperbaiki tindakan mengajarnya dalam memilih dan menggunakan metode mengajar, mengembangkan kegiatan belajar murid, bimbingan belajar, tugas dan latihan.
  3. Mengulang kembali bahan pengajaran yang belum dikuasai para murid.
  4. Melakukan diagnosis kesulitan belajar murid sehingga ditemukan faktor penyebabnya.
C. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Menurut Slameto (2003: 64) bahwa “secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal”.
1) Faktor internal
Faktor internal dapat diklasifikasikan dalam dua kategori besar, yaitu:
  • Faktor biologis (jasmaniah). Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, Pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur.
  • Faktor psikologis; Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga, bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori besar, yaitu:
  • Faktor lingkungan keluarga; Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.
  • Faktor lingkungan sekolah; Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar murid. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para murid disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan murid, relasi murid dengan murid, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.
  • Faktor lingkungan masyarakat; Seorang murid hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakt merupkan faktor ekstern yang juga berpengruh terhadap belajar murid karena keberadannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain.
Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah murid dari penyebab-penyebab terhambatnya pembelajaran.
 
Menurut Mulyasa (2007: 97) bahwa untuk meningkatkan hasil belajar murid maka diperlukan prinsip-prinsip pembelajaran, antara lain:
 
  1. Pembelajaran perlu lebih menekankan pada pembelajaran individual meskipun dilaksanakan secara klasikal, dalam pembelajaran perlu diperhatikan perbedaan peserta didik.
  2. Perlu diupayakan lingkungan belajar yang kondusif, dengan metode belajar dan media yang bervariasi yang memungkinkan setiap peserta didik mengikuti kegiatan belajar dengan tenang dan menyenangkan.
  3. Dalam pembelajaran perlu diberikan waktu yang cukup, terutama dalam penyelesaian tugas belajar agar setiap peserta didik dapat mengerjakan tugas belajar dengan baik.
Sedangkan menurut Abdurrahman (1993: 109) bahwa “untuk mengembangkan hasil belajar murid, maka hendaknya pelajaran dikemas dalam suasana menantang, merangsang dan menggugah daya cipta murid untuk menemukan dan mengesankan”. Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam mengembangkan hasil belajar, antara lain:
 
1) Prinsip motivasi
Menurut Abdurrahman (1993: 109) bahwa “Prinsip motivasi dimaksudkan untuk merangsang daya dorong pribadi murid melakukan sesuatu (motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik)”. Untuk motivasi intrinsik, gairahkanlah perasaan ingin tahu anak, keinginan mencoba dan hasrat untuk lebih memajukan hasil belajar.
2) Prinsip latar atau konteks
Murid akan terangsang mempelajari sesuatu jika mengetahui adanya hubungan langsung pada hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya. Guru hendaknya mengetahui apa kira-kira pengetahuan, keterampilan, sikap dan pengalaman yang sudah dimiliki murid, sehingga menurut Abdurrahman (1993: 110) “Dengan pengetahuan latar ini, guru dapat mengembangkan kemampuan dan hasil belajar murid”
3) Prinsip sosialisasi
Kegiatan belajar bersama dalam kelompok perlu dikembangkan di kalangan murid, karena hasil belajar akan lebih baik. Pengelompokan murid dapat dilakukan dengan pendekatan kemampuan, tempat tinggal, jenis kelamin, dan minat. Setiap kelompok diberi tugas yang berbeda dari sumber yang sama.
4) Prinsip belajar sambil bekerja
Bekerja merupakan tuntutan menyatakan diri untuk berprestasi pada diri anak, karena itu berilah kesempatan mengembangkan kemampuan dan hasil belajarnya melalui kegiatan bekerja sambil belajar atau belajar sambil bekerja.
 
Salah satu keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh murid. Menurut Sudjana, N. (1995: 62) bahwa kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar adalah:
  1. 1) Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku murid setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.
  2. 2) Kualitas dan kuantitas penguasaan kompetensi dasar oleh para murid.
  3. 3) Jumlah murid yang dapat mencapai kompetensi dasar minimal 75% dari yang harus dicapai.
  4. 4) Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam mempelajari bahan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
 
Abdurrahman, 1993. Pengelolaan Pengajaran. Ujung Pandang: PT. Bintang Selatan.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. h. 64.
Sudjana, N. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Cetakan Kelima. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suprayekti. 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan.
Warsita, B. 2008. Teknologi Pembelajaran; Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
 

0 comments:

Post a Comment

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Find Us On Facebook