Wednesday 10 February 2016

KETERAMPILAN MEMBACA

http://pendidikanuntukindonesiaku2.blogspot.com/2016/02/keterampilan-membaca.html
KETERAMPILAN MEMBACA
 

A. Pengertian membaca
Membaca merupakan suatu kemampuan yang sangat dibutuhkan, namun ternyata tidak mudah untuk menjelaskan hakikat membaca. A.S. Broto dalam Abdurrahman (1999: 200) mengemukakan bahwa “membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan”. Dengan demikian, membaca pada hakikatnya merupakan suatu bentuk komunikasi tulis.

Soedarso dalam Abdurrahman (1999: 200) mengemukakan bahwa “membaca merupakan aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah, mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan, dan ingatan”. Adapun Bond dalam Abdurrahman (1999: 200) mengemukakan bahwa “membaca merupakan pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca, untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki”.

Bertolak dari berbagai definisi membaca yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan aktifitas kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktifitas fisik yang terkait dengan membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan. Adapun aktifitas mental mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakkan mata secara lincah, mengingat simbol-simbol bahasa dengan tepat, dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan.

Meskipun tujuan akhir membaca adalah untuk memahami isi bacaan, namun tujuan semacam itu belum dapat sepenuhnya dicapai oleh anak-anak, terutama pada saat awal belajar membaca. Banyak anak yang dapat membaca secara lancar suatu bahan bacaan tetapi tidak memahami isi bacaan tersebut. Ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca bukan hanya terkait erat dengan kematangan gerak motorik mata tetapi juga perkembangan kognitif.

Menurut Haris sebagaimana dikutip Abdurrahman (1999: 201) bahwa “ada lima tahap perkembangan membaca, yaitu: a) kesiapan membaca, b) membaca permulaan, c) keterampilan membaca cepat, d) membaca luas, dan e) membaca yang sesungguhnya”.

Tahap perkembangan kesiapan membaca mencakup rentang waktu dari sejak dilahirkan hingga pelajaran membaca diberikan, umumnya pada saat masuk kelas satu SD. Kesiapan menunjuk pada taraf perkembangan yang diperlukan untuk belajar secara efisien. Abdurrahman (1999: 201) mengemukakan bahwa:

Ada delapan faktor yang memberikan sumbangan bagi keberhasilan belajar membaca, yaitu: 1) kematangan mental, 2) kemampuan visual, 3) kemampuan mendengarkan, 4) perkembangan wicara dan bahasa,  5) keterampilan berpikir dan memperhatikan, 6) perkembangan motorik, 7) kematangan sosial dan emosional, dan 8) motivasi dan minat.
 
Berdasarkan beberapa pengertian dan uraian di atas, maka membaca permulaan adalah proses memahami bahan bacaan yang dilakukan dengan mengaitkan aktivitas gerak mata dan ketajaman penglihatan dengan aktivitas ingatan dan pemahaman yang dimulai sejak anak masuk kelas satu SD, yaitu pada saat berusia sekitar enam tahun.
 
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan mening-katkan kemampuan murid berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis, baik dalam situasi resmi non resmi, kepada siapa, kapan, dimana, untuk tujuan apa. Bertumpu pada kemampuan dasar membaca dan menulis juga perlu diarahkan pada tercapainya kemahirwacanaan.
 
Pembelajaran membaca permulaan diberikan di kelas I dan II, yang bertujuan agar murid memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Sebagai gambaran umum tujuan membaca permulaan yang ingin dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia bagi murid tingkat pemula (kelas I-II) sebagaimana dikemukakan Subana dan Sunarti (2005: 268-269) adalah:
  1. Sikap dan posisi duduk yang wajar (jarak mata – buku).
  2. Meletakkan buku bacaan dengan benar.
  3. Memegang dan membuka buku dari kanan ke kiri, sedangkan melihat dari atas ke bawah.
  4. Membaca nyaring teks yang akrab dan dekat dengan lingkungan anak dengan kata-kata dan kalimat sederhana, serta memperhatikan ketepatan lafal dan intonasi.
  5. Meletekkan buku tulis dengan cara yang betul.
  6. Menyalin / menjiplak huruf  atau kata melalui contoh dari guru.
  7. Melemaskan tangan (menulis di udara), latihan dasar menulis (garis tegak, miring, lurus, lengkung).
  8. Memegang alat tulis dengan cara yang betul.
  9. Menulis kata, kalimat sederhana dengan menggunakan huruf yang sudah dikenal serta kombinasi baru huruf-huruf tersebut (ani – ina ; ibu – ubi).
 
Menurut Edu (2009: 2) bahwa “membaca permulaan merupakan suatu proses keterampilan dan kognitif”. Proses keterampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat.

Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to read). Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi murid sekolah dasar kelas awal. Murid belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru, perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang menyenangkan.
 
DAFTAR PUSTAKA
 
Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Rineka Cipta dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Edu, M.B. 2009. Membaca Permulaan dan Permainan Bahasa. (Online). http://mbahbrata-edu.blogspot.com. (diakses 01 Juli 2009).
Subana & Sunarti, 2005. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

0 comments:

Post a Comment

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Find Us On Facebook